Perawan Remaja Dalam Cengkeraman Militer

Oleh Pramoedya A Toer

Termasuk dalam literasi klasik yang isinya juga masih menggunakan ejaan bahasa lama. Menjadikan saksi-saksi hidup sebagai tali penyambung kisah sedih wanita-wanita Indonesia yang hidup pada masa-masa rumit, ketika feminisme adalah jargon yang sulit dijelaskan karena terasa setinggi langit. Pramoedya menggunakan kata-kata polos dalam mendeskripsikan situasi maupun cara beliau merangkum informasi yang diperolehnya.

Pramoedya menceritakan nama-nama wanita yang menjadi korban buangan dengan sangat adil namun dengan gaya bahasa yang santun, jelas beliau tidak mau menggiring pembacanya dalam ilusi opini yang mungkinrumit dimengerti siapapun oleh generasi sekarang. Banyak juga istilah-istilah kedaerahan yang diangkat oleh beliau dalam buku ini, membuat kita berwisata dalam lorong waktu.

“Penderitaan tak tertanggungkan bisa mengakibatkan tiga macam sikap: menyerah tanpa syarat, melawan,atau membiarkan diri hancur.” (Hal. 117)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *